Selasa, 16 Juli 2013

Betapa indanya MUROQOBAH

Dengan membinasakan (meniadakan diri dengan fana’) semua yang wujud kembali pada WUJUD MAHDUN. Dengan melenyapkan yang nyata dari alam semesta menjadikan diri yang nyata hanya satu dalam keESAan Dia. Dengan mematikan semua yang hidup menjadikan semua yang hidup kekal dalam kebaqo’an Dia. Untuk mengenal Dia dengan cara ini perlulah melihat kepada sifat-sifat kebesaran Allah. Wahdaniah, Qadim, Baqo’, Mukholafatu lilhawadis dan Qiyaamuhu bi nafsihi, Hanya Allahlah yang mempunyai sifat keagungan ini, manusia sedikitpun tidak bisa menempatinya. Tetapi dengan sifat-sifat keagungan Allah, Dia dapat dililhat dengan Nyata dan Terang, bagaimanapun untuk sampai kepada pemahamannya yang sebenar-benarnya, petunjuk yang sangat halus dan seni dan warna daripadaNya (kehidupan) hanyalah allah yang mengetahuinya. Bagaimanapun sifat-sifat keagunganNya itu dianugerahkan kepada salik, jadi apakah yang tertonggal di diriNya? Maka yang tinggal itu bukanlah aku dan bukanlah dia, tapi Dia semata dengan sifat-sifat kebesarannya juga yang tidak lain daripada Dia juga. Semua telah sirna dengan pancaran Cahaya yang Gilang Gumilang, semuanya bisa ada & sekarang di sebut wujud adam, wujud yang selalu bersandar Pada wujudNya (ruh idhofi) . Maka apakah masih di perlukan lagi dalil dan perumpamaan untuk menjadi petunjuk keMAHA ESAanNya ??? Setelah mengalami kefana’an, maka munculah penyaksian terhadapnya, tajali Illahi. Pada saat itu Salik benar-benar mengalami di mana penglihatanNya tertumpu terhadap Dia, yang satu pun tidak menyerupainya, Laisa kamislihi syaiun. Perkara ini tidak banyak di bahas atau di perbincangkan tetapi banyak dipraktekkan oleh mereka yang telah memahaminya, karena perkara ini adalah antara rahasia yang perlu dijaga kemurnian CINTANYA. Dalam penyaksian ini, jasad sama sekali tidak “dilihat / melihat ” jikalau masih dilihat, maka batallah Dia yang disaksikan dan yang menyaksikan. Atau dengan kata lain, kehadiran Dia sebagai kurniaNya yang dimukasyafahkan atau dibukakan kepada si penyaksi & menjadi batal jika di AKUi. Ada antara sufi yang berpendapat, tahap penyaksian ini (tauhid syuhudi) adalah maqom diatas tauhid dzati, dimana merasakan kehadiran Dia dengan dirinya ….. Sehingga Para Salik Fillah Hanya Bisa Bermunajah Dan Mujalasah dengan DiriNya dengan senandung keAgunganNya ….. Manusia itu Hakikatsesungguhnya mati, Kecuali yang berilMu Yang berilmu pula hakikat sesungguhNya tertidur Kecuali yang mengamalkan ilmuNya dengan DiriNya di setiap Gerak langkahNya Yang mengamalkaNya Hakikat sesungguhnya pula tertipu Kecuali yang Ikhlas dengaNya. Maka ingatlah dengan kebenaran pengingatNya sendiri, janganlah tertipu oleh warnanya Semesta Karena penipuanNya yang tidak disadari dan bersembunyi pada sifat Nusianya diri. INGATLAH Dan BANGUNLAH dari tidur panjangMu Apabila nyata ketiadaan dirimu itu, maka nyatalah Dia yang ADA siapakah yang Ada itu tidak lain Adalah KEBENARAN (Al Haq) oleh itu “Matikanlah dirimu sebelum Engkau mati”, maka… Siapakah yang ada setelah kematian di dirimu itu ? ==Tidak lain == AKU ( Al Haq) lah yang Ada. Setelah Dia yang ada, maka selain dariNya adalah fatamorgana / bayang-bayang keADAMan Adam itu hanyalah kekosongan wujud diri dan sesungguhnya Dialah yang meliputi Kekosongan dan ketiadaan dirimu itu Maka ingatlah Kekosongan dirimu itulah dan ketiadaan dirimu itulah ==”SINGGAHSANA NYA”== Dan di situlah Dia Bersemayam Bukan pada jasadmu, Bukan pada jiwamu, Bukan dalam hatimu, Dan bukan juga pada Ruhmu. Betapa indanya ini Bagi yang mengerti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar