Senin, 15 Juli 2013

Tingkatan di dalam puasa

Tingkatan di dalam puasa kitab DURRATUN NASHIHIN itu ada tiga macam, yaitu shaum awam, shaum khawash dan shaum khawashul khawash. 1. SHAUMUL ‘AWAM (puasa orang umum) Adalah mencegah perut dan kemaluan dari melampiaskan hasratnya. 2. SHAUMUL KHAWAS (puasa orang khusus) Adalah puasanya orang-orang yang shalih, yaitu mencegah anggota tubuh dari melakukan dosa. Hal tersebut tak akan bisa sampurna sebelum membiasakan lima perkara: ① Memejamkan pandangan dari segala sesuatu yang dilarang oleh syar’i ② Menjaga lisan dari ghibah, berbohong, mengadu domba dan bersumpah palsu. Ada satu hadits yang diriwayatkan anas, dari Nabi shalallahu alaihi wa sallam, sesungguhnya beliau bersabda, “Ada lima perkara yang bisa membuat rusak pahalanya puasa (membatalkan ganjaran puasa), yaitu berkata bohong, ghibah, mengadu domba, bersumpah palsu dan memandang (sesuatu) dengan syahwat.” ③ Mencegah telinga dari mendengarkan perkara yang dilarang. ④ Mencegah semua anggota tubuh dari perkara yang dilarang dan mencegah perut dari memakan perkara syubhat (perkara yang tidak jelas antara halal haramnya) di waktu berbuka. Karena puasa tak akan ada artinya bila makan dengan perkara halal tetapi berbuka dengan perkara haram. Seperti halnya seseorang yang membangun sebuah rumah tetapi menghancur-leburkan seluruh kota. Telah bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, “Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi tak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja.” ⑤ Hendaknya tidak memperbanyak memakan perkara halal di waktu berbuka sekiranya sampai memenuhi perutnya. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tak ada wadah yang lebih dimurkai oleh Allah kecuali perut yang dipenuhi dengan makanan halal.” 3. SHAUM KHAWASHUL KHAWASH Adalah puasanya hati dari segala pikiran rendah dan memikirkan perkara duniawi serta mencegah detak hati dari memikirkan perkara selain Allah. Maka apabila seseorang yang berpuasa memikirkan hal selain Allah, batallah puasanya. Dan inilah derajat puasanya para nabi dan kaum yang bersungguh-sungguh. Kenyataan dari derajat ini adalah menghadapnya hati selalu padaNya serta berpaling dari perkara selain Allah. (ZUBDATUL WA’IDZIN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar